Bagaimana cara kita sebagai manusia memaknai sebuah kehidupan? Bagaimana manusia itu harus atau dalam menyikapi kehidupannya di dunia? Sebuah Kehidupan dalam Islam, bukanlah rentang waktu yang pendek, seperti yang telah digambarkan usia seseorang di dunia ini. Namun, juga bukan rentang waktu yang nyata, yang digambarkan dengan usia umat manusia secara keseluruhan yang ada di dunia ini. Kehidupan yang terjadi di dunia ini adalah sebuah kehidupan yang fana dan tidak kekal di dalamnya dan bersifat hanya sementara.
Sebuah kehidupan bila di lihat dengan pandangan agama islam adalah sebuah kehidupan dari segala sesuatu dengan masanya, baik di lihat dari kehidupan yang nyata yakni dengan sebuah kehidupan bersifat duniawi dan juga bersifat dengan kehidupan akhirat. Sebuah masa dalam kehidupan dunia berbanding jauh dengan kehidupan akhirat. Ruang kehidupan akhirat pun lebih luas dari ruang kehidupan dunia, seperti bagaikan hanya satu jam di tengah hari. Semua itu jauh perbandingan nya antara kehidupan akhirat dengan kehidupan di dunia dan manusia harus tahu akan hal itu sebagai tolak ukur dalam kehidupan ini agar menambah keimanannya..
Luasnya surga dalam kehidupan di akhirat sebanding dengan langit dan bumi dalam kehidupan manusia. Sedangkan kehidupan neraka dalam kehidupan akhirat mampu menampung seluruh orang kafir dalam seluruh masa. Tentu hakikatnya rentang kehidupan ini mencakup kehidupan yang sifatnya familiar, yakni kehidupan akhirat, baik itu di surga maupun di neraka. Suasana yang ada didalam kehidupan akhirat tidak akan bisa dirasakan dan disamakan dengan suasana yang ada dalam kehidupan dunia karena manusianya belum sampai ke situ dan belum merasakannya.
Allah swt telah mendiskripsikan dengan jelas tentang kehidupan akhirat dalam al-Qur’an dengan berbagai karakteristik yang dimilikinya, sehingga tampak jelas sebuah hakikatnya bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya. Tapi, banyak manusia yang tidak mau memilih kehidupan yang lebih nyata, dan kekal, tapi manusia lebih memilih kehidupan yang fana, yaitu dunia yang penuh dengan godaan yang dapat meruntuhkan keimanan kita.
Sedang Ibn Jarir menyatakan, yang dimaksud dengan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal. Tidak ada kesudahannya, tidak interupsi dan tidak ada kematian. Ia adalah kehidupan yang tidak penuh dengan tipu daya, sebagaimana kehidupan duniawi yang ada akhirnya.
Kisah indah digambarkan dalam kehidupan seorang sahabat, yaitu Hasan al-Basri, yang sangat zuhud terhadap dunia. Al-Basri tidak pernah terkena tipu daya dunia. Hasan al-Basri, benar-benar seorang, yang senantiasa dirinya terikat dengan akhirat. Jalan hidupnya penuh dengan ketaqwaan. Ia tidak ingin mengotori dengan pernik-pernik kenikmatan dunia yang menipu, dan membuatnya terjatuh dalam murka-Nya.
Sementara, tak sedikit manusia yang binasa lantaran memperturutkan sebuah hawa nafsunya demi kehidupan duniawi. Hasan al-basri menjauhi hawa nafsu yang menyukai segala sesuatu, nafsu yang cenderung kepada aneka kesenangannya yang dapat merusaknya ke imanan kita demi kehidupan duniawi yang menggoda.
Untuk di jaman sekarang ini manusia selalu memprioritaskan dengan kehidupan dunia yang didalamnya penuh dengan kehidupan yang fana, kurang untuk memperhatikan dalam urusan kehidupan akhirat. Tetapi itu semua balik lagi sama manusianya sendiri karena ada sebagian manusia yang lebih mementingkan dengan kehidupan akhirat ketimbang dengan fokus pada kehidupan dunia.
Comments
Post a Comment